DARMONEWS.COM, Surabaya-Bukti bahwa PT Semen Indonesia (PTSI) sangat peduli terhadap lingkungan sudah semakin nyata. Salah satunya adalah diraihnya Indonesia Green Award 2013 (IGA). Dalam penghargaan ini PTSI memperolehnya untuk empat kategori. Yakni, sebagai Perusahaan Pelestari Sumber Daya Air, Pelestari Energi Terbarukan, Pelestari Keanekaragaman Hayati, dan Pelopor Pencegahan Polusi.
Semen Indonesia dinilai tidak sekadar mengejar target perolehan keuntungan, namun tetap peduli terhadap pelestarian lingkungan. Direktur Utama Semen Indonesia, Dwi Soetjipto mengatakan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi pemberian penghargaan ini. Pasalnya, dari tujuh kategori penghargaan, perusahaannya meraih empat penghargaan.
“Patut disyukuri dan sudah seharusnya sebagai pelaku industri wajib konsern di bidang ini. Banyak kegiatan-kegiatan perusahaan yang difokuskan agar bisa berkontribusi terhadap kepentingan lingkungan dan masyarakat sekitar. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung kinerja korporasi di bidang lingkungan. Ke depan korporasi harus bisa meningkatkan pencapaian kinerja lingkungan agar dapat memberikan manfaat yang lebih baik,” ungkap Dwi Soetjipto dalam rilis yang diterima DARMONEWS.COM, Rabu (26/6/2013).
Kata Dwi, sejumlah inovasi pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh SI misalnya, pemanfaatkan limbah industri yang tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti Cooper Slag, Fly Ash, Cement Retarder menjadi bahan baku substitusi menggantikan pasir besi, pasir silika, dan gipsum alam. Bahkan untuk kebutuhan energi pada proses pembakaran, perusahaan telah menggunakan bahan bakar alternatif dari limbah pertanian dan lainnya seperti sekam padi, serbuk kayu, sabut kelapa, kulit mede, limbah tembakau, oil sludge dan lainnya.
Selain itu, perusahaan berencana memanfaatkan sampah kota terutama dari dua kota di mana perseroan banyak beraktivitas, yaitu Gresik dan Tuban, Jawa Timur. Volume sampah di Gresik tercatat sebanyak 650 meter kubik atau sekitar 217 ton per hari, sedangkan di Tuban sebesar 250 meter kubik atau 83 ton per hari. Sampah kota tersebut akan diolah menjadi refuse derived fuel (RFD) untuk mengurangi kebutuhan bahan bakar batubara yang selama ini dipakai perusahaan.
“Perusahaan menerapkan konsep ”waste to zero,” saat ini berencana untuk terus meningkatkan efisiensi dengan menggunakan bahan bakar non fosil dari setiap proses produksi yang juga bermanfaat bagi lingkungan, ” katanya.
Saat ini, porsi penggunaan energi alternatif sudah mencapai 5%-8% dari total kebutuhan energi perseroan yang menyedot tidak kurang dari 2 juta ton batubara per tahun. Ke depan akan terus ditingkatkan dan berharap bisa mencapai minimal 10%, sehingga perusahaan bisa lebih menghemat bahan bakar.
Di bidang pemanfaatan lahan pascapenambangan, perusahaan melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon pelindung dan tanaman produktif serta penghasil buah. Berbagai jenis burung langka telah dilepas untuk memanfaatkan hasil penghijauan menjadi rumah dan tempat berkembang biak satwa itu.
“Masyarakat di sekitar pabrik juga dilibatkan menanam jenis tanaman pangan seperti jagung, kacang tanah serta lainnya dan terus dilakukan pembinaan bekerjasama dengan Dinas Pertanian setempat. Kelompok masyarakat ini disebut petani green belt,” Dwi menambahkan.
Perusahaan sudah tidak lagi tergantung pada pemakaian air tanah. Kebutuhan air diperoleh dari kolam penampungan air permukaan dan limbah, untuk kemudian dilakukan treatment menjadi air bersih. Kolam-kolam yang dihasilkan dari penambangan tanah liat ini juga digunakan sebagai tempat budi daya berbagai jenis ikan air tawar dengan melibatkan masyarakat di desa sekitar perusahaan. (oke)
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :


Tidak ada komentar:
Posting Komentar