Inilah kuliner yang sudah cukup populer hampir 30 tahun
terakhir. Tempatnya tak jauh dari pusat kota, yakni di Semanding. Tepatnya, di Jl
Mojopahit Gg Buyung No.180, Krajan, Karang, Kecamatan Semanding, Kabupaten
Tuban, Jawa Timur.
Menurut penuturan Pak Supri, warungnya ada sejak tahun 1994.
Awalnya berada di pinggir jalan raya utama. Tapi karena warungnya terdampak proyek,
akhirnya pindah ke dalam gang kampung seperti sekarang.
“Dalam sehari biasanya bisa mengahabiskan 10 atau kadang
juga 20 ekor menthok. Bahkan hari besar bisa sampai 25 ekor sehari,” tutur Pak Supri.
Dalam pengolahannya tidak ada resep khusus. “Dagingnya kita potongi dan irisi untuk sate. Kemudian
potongan lainnya beserta tulang untuk bahan becek,” terang pria 66 tahun itu.
Untuk sate biasanya seporsi 5 tusuk. Masing-masing tusuk ada
4 irisan daging menthok yang dibakar menggunakan panggangan dengan dikipasi di
atas bara arang sedang sampai matang. Baru setelah itu dihidangkan di atas
piring disertai kecap khas Tuban, yaitu kecap Cap Laron.
“Kami menggunakan
jenis kecap. Untuk pembakaran kita gunakan kecap kedua. Sedangkan untuk yang
penyajian kami gunakan Cap Laron. Kecap dituang di piring, diberi irisan bawang
dan tomat serta sedikir sambal,” demikian Pak Supri menjelaskan.
“Kalau becek
bumbunya hampir mirip dengan gule dengan tambahan mesoyi dan jinten serta rempah
lainnya,” terangnya lagi.
Becek ini juga
hampir mirip dengan kare, karena kuahnya menggunakan santan sehingga rasa
gurihnya makin dapat disamping juga dari kaldu menthok yang telah digodok
selama satu jam lebih.
![]() |
| Kunjungan bersama Tim Mediaguru, Agustus 2024. |
![]() |
| Kunjungan pertama pada tahun 2012. |
Soal citarasanya juga tidak ada perubahan. Satenya masih
mantap dengan gurih-manis yang khas. Mungkin karena bumbu kecapnya, yang
resepnya masih orisinil. Tekstur daging
menthok pada sate juga cukup lembut. Dibandingkan daging ayam terasa lebih
keset, dan lebih lembut dari daging kambing.
Untuk becek menthoknya kuat di rempahnya. Isinya lebih banyak daging-daging yang menempel di
tulang belulang. Berkat proses masaknya yang cukup dan tepat, keempukannya
masih didapat dan tidak perlu susah-susah menggerogotinya, cukup dengan menyedotnya
halus sudah langsung bisa dikunyak. Pada bagian tertentu, seperti di tulang
iga masih tersisa rasa sedikit amis unggas. Tapi ketika sudah tercampur nasi
atau empok (nasi jagung) dan kuahnya yang diolah dari banyak rempah menjadikan
amisnya hilang.
Untuk minumannya bisa memilih minuman khas Tuban, yaitu
legen. Pokonya dijamin maknyusss!
Silakan simak juga videonya di sini:
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :





Tidak ada komentar:
Posting Komentar