News Update :

Hapus Perploncoan, Gunakan Konsep Eco School

Senin, 09 Juli 2012

Hari ini (9/7), semua sekolah memulai awal belajar mengajar di masing-masing sekolah. Baik dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan juga Sekolah Menengah Atas (SMA) memulai dengan Masa Orientasi Siswa (MOS) dan saat ini diubah menjadi Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB).
Bila dulu MOS identik dengan perploncoan, ajang ‘genjet-menggenjet’ siswa baru, dengan membekali tugas yang aneh dan sulit bagi peserta yang ada. Misal dengan menyuruh siswa perempuan dengan menguncit rambut dengan sepuluh ikatan, mengenakan tas model ajaib, memakai rompi plastik, hingga membawa bekal yang ditentukan. Maka saat ini, tradisi tersebut lebih disantunkan.

Terlihat, di SMA Negeri 6 Surabaya para peserta MODPB yang berjunlah 307 siswa tampil dengan biasa. Menggunakan seragam standar, ada yang sudah menggunakan seragam SMA dan ada juga yang masih menggunakan seragam SMP dulu. Mereka tidak dibebani dengan membawa perlengkapan yang ditentukan hanya saja membawa bekal makanan.
“Kita cuma disuruh membawa makan siang, minuman, dan permen. Itu juga untuk kita saat jam istirahat,” ungkap Nabila siswa baru di SMA 6 saat mengikuti MODPB, pagi tadi.

Kendati demikian, para siswa lantaran tak dibebani tugas sama sekali. Namun, para panitia MODPB yang dari pengurus OSIS memberikan tugas berupa membebani para siswa untuk membuat tas se-kreatif mungkin. Nantinya, tas yang dianggap paling kretaif akan diambil sebagai juara dan mendapat hadiah. "Sesuai dengan tema kita yakni Unggul, Kreatif, dan Berkarakter, kita hanya membebani para siswa baru dengan membawa tas seunik mungkin," ujar Andina izdihar ketua panitia MODPB yang juga murid kelas 12 IPA2 ini.

Sedangkan kepala sekolah SMA 6 Surabaya, Nurseno, menegaskan pihak sekolah sudah jauh-jauh hari telah memperingatkan pada para panitia untuk tidak melakukan perploncoan. Yang diharapkan adalah adalah adanya kebersamaan dalam keharmonisan. "Kita hanya mengiyakan ketika mereka membebani tugas membuat tas yang dari benda daur ulang dan sifatnya untuk kreatifitas," tambahnya.
menggunakan bahan daur ulang, lanjutnya, juga untuk menggalakkan program Eco Shcool yang saat ini menjadi program dari pemerintah. Sehingga, mulai dari awal siswa bisa lebih mengenal tentang Eco Shcool. "Kita gunakan konsep Eco School saja," tandasnya.

Banyak yang Mencari IBU
Berbeda, bila siswa SMA sangat menikmati MODPB di sekolah masing-masing, namun siswa baru di tingkat SD banyak yang menangis. Pasalnya, anak kelas 1 SD ini masih banyak yang minta ditunggui oleh ibunya.
Misal di SDN Kaliasin 1 Surabaya, setidaknya ada 5 siswa dari tiga kelas yang menangis ketika belajar di kelas. Alasannya klasik, yakni mereka minta ditemani ibunya di kelas. Sontak, hal ini membuat guru yang mengajar harus menenangkan siswa-siswa tersebut. "Memang sudah biasa anak SD kelas 1 seperti itu. Mungkin karena belum kenal sama murid-murid yang lain," ungkap Ifa guru pengajar kelas 1 di SDN Kaliasin 1 Surabaya.

Untuk diketahui, MOS para siswa baru ini mulai dilakukan hari ini hingga Rabu (11/7) mendatang. Dimana, dalam MOS para siswa baru hanya belum diberlakukan kegiatan belajar-mengajar namun masih proses pengenalan lingkungan sekolah baik di tingat SD, SMP, maupun SMA. (sp)


Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :
Share this Article on :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright DARMONEWS.COM 2011 -2012 | Design by Darmo News | Published by Darmo News | Powered by Darmo News.