DARMONEWS.COM, Jakarta - Pengelolaan dana Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan (PKBL) yang nantinya tidak lagi dilakukan
masing-masing BUMN tetapi diserahkan kepada PT Permodalan Nasional
Madani (PNM) rawan menjadi dana politik tak terkendali.
Menteri
BUMN Dahlan Iskan sudah meminta agar pengelolaan dana PKBL tak lagi di
tangan BUMN. "Pengalihan pengelolaan PKBL ini sedang dimatangkan, dan
diharapkan secara bertahap dapat direalisasikan mulai 2013 ini," kata
Menteri BUMN, Dahlan Iskan, awal Mei lalu.
Sumber dana PKBL selama
ini berasal dari penyisihan dua persen laba bersih dari masing-masing
BUMN setiap tahun. Dalam pertanggungjawabannya, BUMN melakukan pembukuan
terpisah atas implementasi PKBL ini yang disampaikan secara berkala,
triwulanan dan tahunan setelah diaudit auditor independen. Sehingga
membingungkan BUMN jika dana itu diserahkan kepada PNM terutama soal
pertanggungjawabannya sebagai sebuah perseroan terbatas (PT) yang diatur
dengan UU PT.
Dana PKBL ini terbilang besar. Total dana PKBL
tahun lalu yang berasal dari laba bersih BUMN yang disisihkan mencapai
Rp6,16 triliun. Jumlah sebesar itu terdiri atas dana Program Kemitraan
Rp3,59 triliun, dan Bina Lingkungan sebesar Rp2,57 triliun.
Dana
triliunan rupiah itu sangat besar dan rentan diselewengkan untuk
kepentingan politis apalagi mendekati tahun politik di 2014. Tak hanya
dari sisi dana yang besar, PKBL juga akan mudah ditunggangi untuk
kepentingan politik kelompok atau seseorang.
Padahal dana PKBL
BUMN ini jika disalurkan dengan benar akan membuat ribuan usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM) bergerak lebih cepat dan tentu saja memiliki
multiplier efek yang luar biasa bagi perekonomian di masyarakat.
Lihat
saja dana PKBL BUMN yang bergulir hingga tahun lalu mencapai hampir
Rp26 triliun yang menyentuh mitra binaan hingga 790 ribu. Bisa
dibayangkan jutaan tenaga kerja terlibat. Jika saja satu mitra binaan
memiliki lima orang pekerja berarti hampir 4 juta pekerja dan
masing-masing keluarga terdiri dari tiga orang, berarti bisa mencapai 12
juta orang kecipratan manfaat dari program ini.
Jumlah ini jelas
tidak bisa dianggap enteng dalam kaitannya dengan politik yakni sebagai
pemilih potensial. Apalagi itu hanya hitungan kasar dan jumlahnya bisa
jauh lebih besar. Jadi bayangkan seorang calon presiden akan leluasa
menggunakan dana triliunan rupiah lewat program PKBL ini untuk memetik
manfaat demi kepentingan-kepentingan politiknya.
Publik patut
curiga dan ikut mengkritisi rencana ini mengingat jika jadi dilaksanakan
jelas merupakan langkah mundur program menjadikan BUMN yang mandiri
tanpa campur tangan politik. BUMN bisa kembali ke fungsinya sebagai sapi
perah untuk menghasilkan dana-dana politik.
Agar tidak
disalahgunakan menjadi dana politik untuk kepentingan 2014, harus
dipertanyakan bagaimana transparansi dan pertanggungjawaban dana PKBL
triliunan rupiah itu. Bagaimana pula proses seleksi mitra dan program
bina lingkungan yang jujur, adil, dan terbuka? Siapa pihak yang harus
dan bisa mengawasi proses penyalurannya agar tidak disalahgunakan?
Mengapa pula penyalurannya harus disatukan?
Inilah
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab agar dana PKBL tak disulap
menjadi jalan mulus sang calon presiden menuju singasananya.(kan/viv)
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :



Tidak ada komentar:
Posting Komentar