Sekitar dua hari jelang hari pertama puasa harga kebutuhan pokok makin meroket. Warga pun berkeluh-kesah, karena berkaca pada ‘tradisi’ saat lebaran dipastikan harga akan makin liar. Pemerintah pun dinilai tutup mata dan melakukan pembiaran karena selalu hanya mengatakan ‘stok aman’ tanpa aksi berarti.“Harga ayam potong saja sudah Rp 30.000/kg. Ini belum puasa lho, kalau sudah puasa terus lebaran jadi berapa?” ujar Rini seorang ibu rumah tangga di kawasan Gubeng.
Menurut pantauan di pasar harga sembako memang terus mendaki beberapa hari terakhir. Daging ayam kampung misalnya, di pasar Wonokromo dan Keputran sama-sama berada di kisaran harga Rp 43.500/kg, padahal sebelumnya Rp 40.000/kg.
Sementara harga daging sapi, 14 Juli lalu mengalami kenaikan Rp 1.000 dikisaran Rp 63.000/kg. Sedangkan harga telor ayam ras mencapai Rp 18.000, padahal sebelumnya Rp 12.000-Rp 14.000/kg.
Bahkan, pedagang daging sapi memprediksikan bakal ada kenaikan harga yang sangat tajam jelang Lebaran. Pedagang daging sapi di Pasar Santa, Gilin, memprediksi kenaikan harganya bisa mencapai Rp 100.000 per kilogram.
"Saat ini saja harganya sudah Rp 80.000 per kilo dari Rp 75.000," kata Gilin pada Rabu, 18 Juli 2012. Menurut Gilin, kenaikan ini sudah terjadi sejak dua minggu terakhir.
"Kemana Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan,Red)?". Ungkapan itulah yang terlontar dari Ketua Dewan Direktur Lembaga Publik Sabang-Merauke Circle (SMC), Syahganda Nainggolan, menanggapi kenaikan harga sembako. Sangat aneh mengapa Menteri Perdagangan masih diam saja, bahkan operasi pasar pun tidak digencarkan sama sekali, tegas Syahganda Rabu (18/7).
Menurut Syahganda, Menteri Perdagangan telah gagal melindungi masyarakat. Syahganda memaparkan kenaikan harga sembako untuk rumah tangga cukup ekstrim seperti terjadi pada gula putih, daging, ayam, beras, minyak goreng, atau telur. Sementara jenis barang pokok lain, dipastikan ikut meningkat drastis bila tak distabilkan pemerintah.
Syahganda menilai, Menteri Perdagangan terkesan membiarkan terjadinya liberalisasi harga sesuai hukum ekonomi pasar bebas, terkait harga sembako tersebut. “Apakah ini gambaran dari sikap neoliberal Gita Wirjawan? Tentu saja publik berhak untuk tahu kenyataan yang sesungguhnya,” ujarnya.
Sementara, Mendag melakukan inspeksi mendadak (sidak) dalam upaya mengantisipasi lonjakan harga dan kelangkaaan barang pokok di Pasar Santa, Jakarta Selatan, dan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur."Iya, kita datang untuk memantau harga kesini, dan juga pasokan, " ungkap Gita Wirjawan pagi tadi.
Gita Wirjawan, mengatakan penyebab naiknya harga cabai merah karena permintaan di luar Jawa tinggi. "Saat ini permintaan di luar Jawa meningkat hingga 40 persen," kata Gita.
Selain itu, pola konsumsi cabai di masyarakat juga tinggi. Untuk permintaan cabai di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi naik sampai 10 persen.
Sementara mengenai harga daging sapi, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Gunaryo, mengatakan salah satu penyebab naiknya harga daging adalah adanya kebocoran pasar. Menurut dia, banyak sektor industri yang mengambil jatah konsumsi masyarakat."Kebutuhan daging industri tahun ini adalah 11.000 ton, tetapi baru bisa terpenuhi 4.000 ton," kata dia.
Terpisah, Kepala Disperindag Jatim, Budi Setiawan mengatakan, minyak goreng yang dijual di lima pasar tradisional di Surabaya mampu terjual hingga 22.080 liter selama lima hari kemarin.
“Masyarakat memang banyak yang membeli minyak goreng yang jadi salah satu komoditi operasi pasar kita, komoditi ini paling laris dibandingkan dengan yang lain yang juga termasuk mendapat subsidi,” ujarnya Rabu (18/7).
Budi menilai wajar sifat konsumtif masyarakat yang cukup tinggi pada minyak goreng, karena komoditas ini memang sangat diperlukan untuk menghadapi bulan puasa nanti. Sementara komoditas lainnya, seperti gula baru terjual sebanyak 19.992 kg, beras pun terjual sebanyak 11.825 kg, dan tepung terigu sekitar 11.000 kg.
“Kita memang berusaha untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok biar tidak terus melonjak harganya seperti tahun-tahun sebelumnya, kalaupun ada kenaikan seminggu jelang puasa dan lebaran, itu pun tidak akan terlalu besar, biasanya seminggu setelah puasa dan lebaran sudah turun lagi, karena petani juga tentu ingin mendapatkan kelebihan pendapatannya dari harga komoditas yang ia jual,” jelasnya.
Sementara Kepala Perum Divre Bulog Jatim, Rito Angky Pratomo mengatakan, beras premium super yang juga masuk dalam operasi pasar memang dijual dengan harga cukup terjangkau, yakni Rp 7.300/kg, hingga saat ini telah terjual sekitar 25.000 ton, hanya saja belum terealisasi di semua pasar yang akan menjalani operasi pasar.
“Rencana operasi pasar memang kita lakukan di 71 pasar dari 38 kabupaten/kota, namun sejak empat hari lalu masih belum bisa terealisasi semua, baru 26 kabupaten/kota, karena masih menunggu izin dari pemerintah daerah setempat, tapi yang pasti kita akan gelar operasi ini tanpa batasan berapa ton yang dijual, namun sesuai kebutuhan masyarakat,” ujarnya. (m3,dtc,sp)
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :


Tidak ada komentar:
Posting Komentar